Minggu, 13 Juli 2014

From Zero to Hero (Miracle in Plus Senior High School)



Berawal dari candaan temanku yang memberitahu bahwa aku lulus seleksi masuk SMAN Plus Provinsi Riau, padahal waktu itu belum pengumuman. Aku aminkan saja apa yang dia katan. Benar saja, ketika pengumuman, nama aku tertera diantara 99 nama lainnya yang lulus. Iya, Semua berawal ketika aku menjadi salah satu bagian dari sekolah menengah terbaik di Provinsi itu, SMAN Plus Provinsi Riau. Di sekolah ini kamu akan menemukan anak-anak jenius yang multitalent. Maklum saja, untuk bisa mengenyam pendidikan di sana, kalian harus mengikuti serangkaian tes- yang menurutku- tidak mudah untuk ukuran tes masuk SMA.

Awal – awal Sekolah
            Satu hal yang aku rasakan ketika pertama kali menjadi bagian dari mereka adalah minder. Teman-teman ku memiliki berbagai prestasi di bangku SMP. Ada yang pernah mengikuti Olimpiade Sains Nasional, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional, dan masih banyak lagi. Sementara aku hanya juara kelas saja ketika di SMP. Selain itu, teman-teman ku juga berasal dari SMP/MTs yang ternama di Provinsi Riau, sedangkan aku hanya dari SMP terpencil di pelosok Provinsi. Bahkan aku adalah alumni pertama di SMP ku yang bisa masuk ke SMA ini. Awal-awal di sekolah ini, aku dihantui rasa minder yang berkepanjangan. Saat sesi perkenalan di Masa Orientasi Siswa (MOS), teman-temanku dengan bangga menyebutkan berbagai prestasi mereka semasa duduk di bangku SMP. Sementara aku hanya bisa menyebutkan ‘juara kelas’ sebagai prestasi. Terlebih lagi ketika PBM (proses belajar mengajar) telah dimulai, bahkan saking pintarnya teman-teman ku ini, mereka telah mengerti materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru.
Awal berseragam putih abu-abu, aku tidak terkenal di kalangan teman ataupun kakak kelas, apalagi guru di SMA itu. Semua berubah ketika aku kenal dengan yang namanya KEBUMIAN. Entah bagaimana persisnya. Tapi yang jelas, ia telah merubah segalanya. Satu hal yang aku ingat adalah, sekolah itu sangat fokus pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN). Bahkan, suatu angkatan baru akan resmi diakui menjadi bagian dari sekolah ini (selanjutnya disebut generasi) setelah salah satu anggotanya bisa mewakili sekolah dan provinsi di ajang OSN. Ya, itulah yang aku dengar dari seniorku kala itu. Terlepas dari ada atau tidaknya aturan itu, aku tak begitu peduli. Tapi yang jelas, aku bermimpi akan menjadi salah seorang yang dapat membanggakan angkatanku.  
Pertemuan dengan Kebumian
            Aku masih ingat, di sekolahku itu masing-masing Kelompok Olimpiade (KODE) pasti akan mengadakan seleksi untuk siswa baru. Biasanya, seleksi ini dilaksanakan setelah adanya sosialisasi terlebih dahulu. Seleksi ini merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dilalui setiap siswa baru yang ingin bergabung ke sebuah kelompok Olimpiade.   Kalau tidak salah, aku pernah mengikuti seleksi KODE Fisika, Biologi, serta Kimia. Mau tau hasilnya? Sudah jelas bahwa aku tidak lolos.
            Cerita ini sebenarnya tidaklah memaparkan kegagalan-kegagalan ku di masa SMA. Tapi tentang sesuatu yang luar biasa, tentang sesuatu yang aku anggap itu adalah sebuah keajaiban (ini juga bukan cerita peri looh ya). Dengan tidak lolosnya aku menjadi bagian dari berbagai KODE di sekolah itu, lantas tidak membuatku patah hati, berarti aku memang tidak ditakdirkan menjadi bagian dari mereka. Tapi, ada satu KODE yang belum mengadakan seleksi yaitu KODE Kebumian. Seleksi akan dilakukan pada Semester 2.  Entah mengapa, aku sangat yakin bahwa aku akan lolos menjadi bagian dari KODE ini.
            Hari-hari terus berlalu di semester 1 kelas X. Supaya aku bisa masuk ke KODE Kebumian, setiap sore aku habiskan untuk membaca buku Geografi (materi tes masuk KODE Kebumian-nya dari sini). Bahkan, seorang temanku, Abu, pernah bilang: “Kau harus lolos Ran, awas kalau gak lolos. Kasihan tuh buku, udah keseringan dibaca”. Tidak hanya membaca buku Geografi, aku juga membaca soal-soal Olimpiade Kebumian tingkat kabupaten dan provinsi. Meskipun ketika membacanya, aku  tak paham sama sekali apa yang aku baca, tapi aku yakin lambat laun aku pasti bisa memahaminya.
            Beberapa paragraf di atas, mungkin cuma menceritakan tentang aku. Disamping itu, untuk KODE Kebumian ini, bukan cuma aku yang sangat antusias dan bersemangat. Teman sekelasku, Rezky, juga sangat berambisi. Bahkan teman-teman angkatanku yakin kalau Rezky pasti akan lolos sampai ke OSN. Hal inilah yang menjadi motivasi tersendiri bagiku. Kami saling bersinergi, saling melengkapi.
            Oh iya, bagi yang belum tahu Kebumian itu apa. Berikut aku jelaskan sekilas. Kebumian adalah salah satu bidang ilmu yang dilombakan di Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA. Nah, materi Kebumian itu intinya ada 4, yaitu: geosfer (geologi, geofisika, dsj), atmosfer (meteorologi, klimatologi), hidrosfer (oseanografi, hidrologi, hidrogeologi) serta astronomy (sains keplanetan). Jadi Kebumian ini materinya kebanyakan dipelajari di bangku kuliah, tidak dipelajari secara reguler di masa SMA.

Tes untuk menjadi tim sekolah (KODE Kebumian)
            Semester I pun berlalu. Datanglah semester II dan hari di mana awal sejarah akan tercipta (berlebihan ya?). Yaitu hari saat tes untuk masuk KODE kebumian. Ada yang menarik dari tes ini, jika KODE lain hanya menyeleksi siswa kelas X saja, KODE ini juga mempersilahkan kelas XI untuk mengikuti seleksi. Keadaan ini menambah semangatku, karena lawan kita juga kakak kelas yang pastinya berpengalaman. Tes pun dimulai dan berakhir. Satu-satunya harapan ku setelah tes itu adalah bisa bergabung bersama KODE Kebumian, tidak peduli peringkat berapa di tes itu, biarpun peringkat terakhir dari semua yang lolos. Setelah tes, aku dan Rezky bertemu kak Parli, kakak kelas. Kak Parli sendiri tak perlu ikut tes lagi, dia sudah otomatis lolos karena tahun lalu telah menjadi bagian dari kode Kebumian. Sekanjutnya Kami mendiskusikan soal yang diujikan. Lalu kak Parli bilang bahwa yang akan mendapat peringkat 1 pasti aku. Tapi aku tak yakin. Aku balas perkataan kak Parli bahwa Rezky lah yang akan menempati peringkat 1 pada tes tadi.
            Hari pengumuman tes pun tiba. Ketika aku melihat pengumumannya, sudah ku duga, hasilnya tidak terlalu bagus. Aku hanya peringkat 7, sementara Rezky berada di peringkat 3. Aku bersyukur walaupun berada di peringkat 7, karena target ku memang cuma masuk KODE ini, tidak peduli itu peringkat berapa. Satu lagi kelas X yang lolos saat itu yaitu Zainuddin (bagian penting juga dari cerita ini). Ia menempati peringkat 10.

Masa-masa pelatihan menjelang OSK (seleksi tingkat kabupaten/kota)
            Oh iya, bagi yang belum tahu bagaimana skema OSN, berikut aku jelaskan singkat. OSN menerapkan seleksi bertahap, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, dan lomba sebenarnya saat di tingkat Nasional. Menjelang OSK, semua KODE di sekolah ini mengadakan pelatihan. Selain pelatihan, untuk persiapan aku juga belajar mandiri dengan materi yang didapat dari kak Deby (seniorku mantan peserta OSN) dan juga materi yang aku minta dari Rezky.
            Sebelum pelaksanaan OSK, ada lomba pra-OSN yang diadakan oleh Universitas Sumatera Utara di Kota Medan. Tapi saat itu aku tidak ikut. Dari kelas X, Rezky lah yang mewakili sekolah untuk olimpiade Kebumian. Di lomba ini, peserta Kebumian dari sekolahku banyak yang berhasil hingga tahap semifinal, bahkan dapat peringkat juga. Termasuk Rezky, untuk kelas X, menurutku itu adalah prestasi yang luar biasa. Bahkan pasca lomba itu, teman-teman seangkatanku yakin bahwa Rezky akan berhasil menjadi peserta OSN tahun ini.
            Kembali ke pelatihan tadi. Dari pelatihan (dilatih oleh kak Anwar, senior kami yang berhasil mendapat medali di OSN) terlihatlah kemampuan masing-masing peserta. Kak Parli, kak Oby (peringkat 1 ketika tes KODE), terlihat sangat menonjol. Terkadang aku juga belajar bersama kak Parli. Semasa pelatihan, aku biasa-biasa saja. Aku lebih suka diam dibandingkan menunjukkan kemampuan, tapi sepertinya kak Parli tahu kemampuanku.
            Saat itu, ada perkataan salah seorang teman yang membuatku sangat termotivasi. Namanya Dedy. Dia katakan bahwa di antara angkatan kami, hanya Rezky yang sudah dipastikan melaju ke OSN. Di dalam hati, aku bertekad bahwa bukan hanya Rezky, tapi aku juga akan berhasil lolos hingga OSN.
            Satu hal yang mungkin teman-teman ku anggap aneh dari ku adalah, aku selalu membawa buku bacaan tentang Kebumian. Di kelas, di lingkungan asrama pada sore hari, bahkan saat angkatan ku pergi outbond, di bus pun aku selalu membaca materi-materi Kebumian. Emang gila sih, tapi semua ini berhasil sob, lihat aja kelanjutan dari cerita ini. Sampai sekarang pun kebiasaan belajar itu masih melekat, tidak peduli bagaimanapun teman – teman kuliah lainnya tidak belajar, ribut pun dikelas, aku tetap akan berusaha membaca apa yang ada didepan (buku, catatan, dan lain-lain).

Saat OSK dan Pengumuman OSK (Awal dari Kejutan itu)
            Malam hari sebelum OSK, beberapa siswa tampak serius belajar di kamar masing-masing. Oh iya lupa, sekolah ku ini merupakan sekolah asrama, dengan peraturan semi militer yang mengutamakan kedisiplinan tinggi. Hal ini semakin membuat aku siap dan percaya diri. Hingga akhirnya tes pun dimulai dan selesai. Belum sempat saling diskusi mengenai soal-soal OSK, kami pun langsung mengkoreksi hasil tes yang dipandu oleh pembina Kebumian (Bapak Hasidin Pospos). Semua lembar jawaban dikoreksi, dan dihitung berapa jumlah benar dan salah. Menurut kakak-kakak seniorku, aku meraih nilai tertinggi. Meskipun belum diumumkan resmi, kak Parli mengucapkan selamat pada ku.
            Keesokan harinya, pengumuman hasil OSK ditempel di mading sekolah. Benar saja, aku peringkat pertama. Kemudian kak Oby atau kak Parli ya? Entahlah, aku lupa. Sementara Rezky dan Zainuddin tidak lolos ke OSP, karena yang diambil hanya 5 terbaik. Dari sini lah semuanya berubah. Teman-teman yang semula tidak berharap banyak pada ku, sekarang mereka mengharapkan ku. Maklum, hanya 2 orang dari kelas X yang berhasil meraih peringkat 1 di OSK saat itu. Satunya lagi teman seperjuanganku, Ardilo. Dia meraih peringkat 1 di OSK Matematika. Ucapan selamat pun banyak berdatangan. Bahkan, Cindy, teman se-angkatanku yang telah berhasil mewakili Riau pada ajang National School Debating Championship tahun itu, memberikan ucapan selamat padaku dan berpesan agar aku bisa terus berjuang hingga OSN dan meraih medali untuk sekolah, provinsi, dan tentunya generasi kami. 

Masa-masa Olimpiade Sains Provinsi/OSP (disini nih letak hero nya)
            Menjelang tes OSP, Pemerintah Provinsi Riau mengadakan pelatihan di hotel Furaya, salah satu hotel bintang tiga di Kota Pekanbaru. Itulah saat pertama kalinya aku menginjakkan kaki di sebuah hotel. Di pelatihan ini, lima orang peserta terbaik dari tiap kabupaten/kota diundang untuk sama-sama berlatih dan mempersiapkan diri menjelang OSP. Saingan di OSP semakin berat. Ada juga peserta dari sekolah favorit Riau lainnya. Selama seminggu diadakan pelatihan, kemudian sehari setelahnya dilakukan tes di Hotel Mutiara Merdeka. Di OSP aku lebih percaya diri, soalnya akulah peringkat I di OSK.
            Singkat cerita, peserta yang lolos di tingkat provinsi ke OSN pun akhirnya diumumkan. Ketika itu aku sedang bermain volly di lapangan volly samping asramaku. Terdengar di asrama 1 dan 2, teriakan kegembiraan dari kakak kelas XI, dan ternyata itu adalah mereka yang lolos ke OSN. Tidak lama berselang, kak Oby pun memanggil ku kemudian memberikan ucapan selamat sembari menyalami ku, bahwa kami lolos ke OSN bersama kak Khairunnas dan 2 peserta lagi dari SMAN 8 Pekanbaru. Tidak bisa dilukiskan bagaimana perasaan saat mendengar bahwa aku lolos ke Nasional. Namun tetap, aku masih stay cool dan tidak selebrasi berlebihan, tidak seperti para senior ku yang lolos yang mereka meluapkan dengan berbagai ekspresi kegembiaraan mereka. Satu hal yang buat aku sedih yaitu tidak lolosnya kak Parli. Padahal aku banyak dapat ilmu Kebumian darinya.
            Pasca lolosnya aku ke tingkat nasional di OSN Kebumian terasa sangat istimewa, karena cuma aku satu-satunya di angkatan ku yang bisa berpartisipasi tahun itu di ajang Olimpiade Sains. Dengan itu, resmilah angkatanku disebut generasi. Resmilah generasi-ku menjadi bagian dari sekolah terbaik Riau. Dan itu bukan oleh Tengku Ahmad, bukan Rizky Fauzy, bukan Ardilo Indragita, bukan Enda Cindylosa (semua orang ini adalah yang semula diprediksi akan mengikuti OSN tahun itu), tapi oleh seorang Randi Firdaus. Anak biasa yang tidak diperhitungkan sebelumnya menjadi seorang pahlawan.

Menjelang, saat, dan pasca OSN
            Menjelang OSN yang akan dilaksanakan di Kota Medan, Pemerintah Provinsi Riau bekerja sama dengan Universitas Indonesia mengadakan pelatihan untuk siswa/i Riau yang lolos ke OSN dan siswa yang saat OSP masih kelas X yang dipersiapkan untuk tahun depan. Pelatihannya dipusatkan di Universitas Indonesia, Depok. Ketika berangkat ke UI, ini adalah pertama kalinya aku naik pesawat terbang (maklum dari kampung). Di UI pelatihan sekitar 2 minggu, dilatih oleh dosen-dosen UI, pegawai BMKG, dan Planetarium Jakarta. Selain belajar di kelas, kita juga diajak fieldtrip ke lapangan, berkunjung ke BMKG pusat, melakukan pengolahan data angin, dan sebagainya.
            OSN tahun itu diadakan di Medan, Sumatera Utara. Kami akan bersaing dengan putra-putri terbaik bangsa dari 33 provins saat itu. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagiku bisa bersaing bersama mereka. Namun, saat itu aku kurang beruntung. Selama di Medan aku sakit. Kondisi tubuhku drop, konsentrasi pun buyar.  Alhasil aku tidak berhasil mendapat medali.
            Cerita ini tidak berakhir ketika aku menembus olimpiade sains tingkat nasional di tahun ini, masih ada kelanjutan dari kisah yang penuh dengan miracle (sesuai dengan nama generasi ku, ada miraclenya).

Masa-masa Olimpiade di kelas XI dan XII
            Di tahun ajaran baru, menyambut OSN tahun ini, masing-masing KODE memulai seleksi untuk siswa barunya. Berbeda dengan tahun lalu, sekarang aku tidak perlu ikut tes seleksi kebumian lagi. Bahkan soal seleksi untuk tahun ini yang membuat nya adalah aku (meskipun akhirnya gak dipakai, dan hanya di pakai untuk soal pre tes saat pelatihan).
            OSK. Aku yang telah berpengalaman mendapatkan peringkat 1 lagi di OSK. Dan apabila aku bandingkan dengan nilai OSK provinsi lain, sepertinya nilai OSK tu termasuk yang tertinggi (bukan sombong loh ya). Tahun ini, rivalitas antara aku dan Rezky memudar, Rezky lebih memilih karir keorganisasian di sekolah. Sebagai gantinya adalah Zainuddin (Zae), yang menjadi pesaing terberatku di OSK dan OSP, di samping nama lain seperti Ridho dan adik kelas ku yang berbakat, Yoyok.
            Sebelumnya, di masa-masa sebelum OSK di mulai, SMAN 1 Padang mengadakan lomba olimpiade (semua bidang) yang pesertanya se-Sumatera. Beberapa anggota KODE Kebumian dan Astronomi mengikuti lomba tersebut, aku salah satunya. Di lomba tersebut aku berjumpa kembali dengan teman sekamar ku di hotel ketika OSN di Medan tahun lalu yaitu bang Wahyu dari MAN Padang Panjang. Di babak penyisihan, diambil 10 peserta dengan nilai tertinggi, pada babak penyisihan ini aku berhasil meraih peringkat 1. Pada babak final aku hanya berhasil meraih juara 3. Lumayanlah sebagai pemanasan menghadapi musim olimpiade tahun itu.
            OSP. Begitu juga dengan osp tahun ini, jika tahun lalu aku masih canggung. Tahun ini sudah lebih pede. Anak Plus (Zae, Ridho, aku, dan Yoyok) masih mendominasi saat pelatihan di tingkat provinsi. Pengumuman OSP pun di umumkan. Untuk Provinsi Riau di bidang Kebumian, yang lolos ke nasional adalah Aku dan Zae.
            OSN. Seperti tahun lalu, menjelang dilaksanakan OSN diadakan pelatihan di Universitas Indonesia. OSN tahun ini diadakan di kota Manado, Sulawesi Utara, negeri yang terkenal akan taman bawah lautnya (Bunaken). OSN sendiri diadakan pada tanggal 11-16 September 2011. Ada yang istimewa dari OSN tahun ini, yaitu bertepatan dengan tanggal 11 September adalah ulang tahunku ke 17. Pada tanggal ini, aku berada di hotel bintang lima di Manado. Berbeda dengan OSN tahun lalu, OSN tahun ini aku tidak sakit lagi dan lebih enjoy. OSN Kebumian di Manado mengujikan tes dalam bentuk teori tertulis, pratik ke lapangan, serta praktikum peraga. Praktikum lapangan sendiri diadakan di BMKG di Manado (untuk bidang meteorologi), fildtrip ke singkapan soil (tanah) purba di dekat icon-nya kota Manado yaitu Kristus Memberkati (untuk geologi). Praktikum peraga sesar, mineral, fossil, dan semua tentang geologi. Ada yang berbeda di OSN Kebumian kala itu dengan OSN sebelumnya. Pada OSN tahun ini diadakan practical test untuk bidang oseanografi. Praktikumnya sendiri di sebuah pantai di manado, praktikum tentang gelombang, pasang surut (bahkan di kuliahku, pasang surut baru di pelajari di semester 4), tipe sedimen, menggunakan instrumen yaitu refractometer  untuk menentukan nilai salinitas. Ada hal menarik dari praktikum ini, yaitu tentang penggunaan refractometer. Bahkan di tempat aku kuliah, baru tau dan menggunakan alat ini di akhir semester 3, sementara itu aku bahkan telah menggunakannya 3 tahun yang lalu. Terlebih lagi, juri bidang oseanografi pada OSN kali ini merupakan salah satu dosen Oseanografi  UNDIP (pak Warsito). Bahkan kemarin ketika ujian pasang surut (semster 4 (aku semester 2 pas ini)) bapaknya ngasih soal olimpiade (dalam hati ketawa sendiri, karena udah biasa ngerjakan soal olimpiade).
            Kembali ke OSN Malam pengumuman pun tiba. Tibalah saat pengumuman untuk perunggu bidang Kebumian. Semua anak Kebumian merasakan ketegangan, aku juga. Keteganganku pecah ketika nama pertama diumumkan : “Randi Firdaus dari SMA Negeri Plus Provinsi Riau”. Aku langsung mengucap syukur. Tidak dapat dilukiskan (aslinya aku emang gak bisa melukis sih) kebahagiaan itu. Aku berjalan ke atas panggung, menerima pengalungan medali, lalu difoto. Wooow luar biasa! Apalagi ini ajang olimpiade sains tingkat nasional. Ini menjadi kado terindah di ultah ku yang ke 17. Amazing. Dan medali perunggu itu adalah perunggu 1, satu lagi aku dapat medali perak.

 Pelatnas I
            Semua peraih medali pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) akan dibina dan diseleksi lagi pada pelatnas untuk menjadi timnas Indonesia di ajang Olimpiade Sains Internasional. Olimpiade Internasional Kebumian / IESO (International Earth Science Olympiad) yang diadakan di negara kelahiran pesepak bola terbaik dunia, Lionel Messi, yaitu Argentina. Pelatnas I bidang ilmu Kebumian diadakan di Kota Yogyakarta. Sebulan (23 Oktober-22 November 2012) lamanya aku di Yogyakarta, tepatnya di hotel University dan Universitas Gadjah Mada bersama peserta pelatnas Matematika.
            Sebelum berangkat ke Pelatnas I, sebenarnya aku ada satu masalah. Surat pemanggilan dari Kemendikbud belum sampai ke sekolah dan aku sangat kebingungan. Bahkan aku baru memutuskan untuk ikut pelatnas I pada H-2. Jum’at malam aku buka internet dan pembina untuk IESO (dosen dari geologi UGM) memberitahu via group facebook bahwa bagi siswa yang mendapat medali namun belum menerima surat pemanggilan tetap boleh datang. Melihat hal itu aku langsung menuju rumah Bu Evi Rahmi yang masih satu komplek dengan sekolahku, ditemani Ardilo, untuk meminjam handphone beliau. Maklum saja, karena disekolah ku yang namanya alat komunikasi seperti handphone sangat dilarang untuk dibawa. Aku menelpon abangku bahwa aku akan ikut pelatnas di Yogyakarta dan memintanya untuk membelikanku tiket pesawat. Huh. Sungguh merupakan sebuah perjuangan mengambil keputusan besar dalam waktu yang singkat.
            Hari pertama di Yogyakarta (aku ingat betul, bertepatan dengan meninggalnya pembalap Moto-GP Marco Simoncelli di sirkuit Sepang, Malaysia) bertemu teman sekamar yang sangat luar biasa cerdasnya. Namanya Aditya Hirawan, dari SMAN 1 Teladan Yogyakarta. Orangnya sangat baik. Waktu itu aku sudah kelas XII tapi dia masih kelas X, dan di OSN Manado waktu itu dia masih duduk di bangku SMP, tetapi ikut seleksi tingkat SMA. Wow luar biasa..!! Tahun ini, Adit berhasil meraih medali perah kategori guest student pada ajang IESO 2013 yang diselenggarakan di India. Dia berhasil mengharumkan nama Indonesia.
            Malam hari di hari pertama dijadwalkan sebagai pembukaan dan briefing untuk pelatihan. Sebelumnya, sore hari kami telah mengikuti psikotest. Di malam pembukaan, peserta pelatnas Kebumian tidak sendirian melainkan bergabung bersama peserta pelatnas Matematika dan Fisika. Tau kah kalian apa yang aku pikirkan saat itu?? Minder adalah satu-satunya perasaanku saat itu. Bagaimana tidak, berada di antara anak-anak yang punya IQ superior, orang-orang berwajah ‘angka’, berkacamata tebal. Namun perasaan itu seketika berubah menjadi kebanggaan tersendiri. Bagaimana tidak? Aku yang tergolong orang biasa-biasa saja (selama di SMA malahan gak pernah dapat ranking) bisa berada bersama mereka yang superior. Selesai pembukaan dilanjutkan dengan briefing dan perkenalan dengan para assisten (mahasiswa dari jurusan Teknik Geologi UGM) yang akan menjadi pengawas, pengajar, selama sebulan kedepan. Salah satu assistennya memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa salah satu peserta adalah adik kelasnya di SMA, yang dia kenali dari baju kami yang khas. Kebetulan waktu itu aku memakai baju ‘khusus’ sekolah ku yang seperti baju militer angkatan udara. Baju ini adalah suatu kebanggaan bagi kami.
            Hari-hari berikutnya merupakan pelatihan super intensif. Belajarnya mulai pukul 07.30 hingga pukul 16.30 WIB dilanjutkan dengan mentoring oleh para assisten di malam hari, dan dari ba’da maghrib hingga selesai. Begitulah rutinitas setiap hari kecuali hari minggu yang memang tidak ada jadwal belajar. Selama satu bulan penuh konsentrasi pada pelajaran yang akan dilombakan di IESO dan tanpa belajar sedikitpun pelajaran sekolah. Berikut adalah jadwal pelatnas I Kebumian:

            Banyak hal menarik yang bisa diambil dari pelatnas I ini. Selain belajar di hotel, kami juga belajar di jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada yang merupakan jurusan Geologi terbaik di Indonesia. Melakukan praktikum seperti praktikum mineralogi, kristalografi, batuan beko, batuan sedimen, batuan metamorf, makrofossil, mikrofossil, mineral optik. Belajar materi geologi dari ahlinya. Hingga fieldtrip ke pantai Glagah yang memiliki pasir berwarna hitam dikarenakan mengandung banyak mineral magnetit. Wow, aku  berasa jadi mahasiswa geologi. Dan semua itu tidak didapatkan oleh banyak orang. Hanya 30 anak yang telah berusaha semaksimal mereka yang bisa mendapatkannya. Ini bisa jadi hadiah dari usaha mereka selama ini.
            Selain geologi, pada pelajaran meteorologi kita juga diajar oleh dosen Meteorologi ITB yang sangat menguasai materi dan pelajaran yang diajarkan setingkat S2 (mungkin). Pada bagian praktikum, kami diajarkan banyak hal seperti mengolah data, memakai isntrumentasi,  serta fieldtrip ke BMKG Yogyakarta untuk praktikum alat-alat meteorologi. Sedangkan untuk materi astronomi (materi yang jadi momok buatku), kami dibimbing oleh dosen astronomi ITB, bahkan salah satu dosen yang mengajar astronomi tersebut, namanya diabadikan menjadi nama sebuah asteroid, yaitu pak Dhani Herdiwijaya. Selain itu kita juga bisa melakukan observasi bintang menggunakan teleskop secara langsung di pantai Parang Kesumo Yogyakarta. Pokoknya aku mendapatkan banyak sekali Ilmu dari Pelatnas I ini.
            Selain ditempa habis-habisan di bidang akademik, sikap nasionalisme kami juga dipupuk melalui acara motivasi. Selain itu, untuk mengurangi stress akibat belajar yang begitu padat, banyak, lama, panitia juga mengadakan outbound dan lagi-lagi kami bergabung bersama peserta pelatnas matematika dan fisika.
            Tes komprehensif dilakukan setelah semua materi diajarkan. Tes ini adalah perjuangan terakhir dari para peserta pada pelatnas I ini. Tes ini menghabiskan waktu yang cukup lama. Setelah tes diadakan, aku dan teman-teman jalan-jalan keliling jogja, melepaskan semua beban selama satu bulan yang dipenuhi dengan pelajaran-pelajaran yang belum diajarkan secara reguler di SMA.
            Singkat cerita, akhirnya Pelatnas I IESO 2012 telah selesai dilaksanakan ditandai dengan penutupan. Kami harus menunggu lebih lama untuk menunggu keputusan siapa saja di antara kami yang akan lolos ke pelatnas II. Karena keputusan baru akan diumumkan sampai waktu yang belum ditentukan. Akhirnya aku pulang ke Riau dengan sangat penasaran.
Pelatnas II
            Entah kapan persisnya (aku lupa) pengumuman pelatnas I pun tiba. Aku tidak berharap banyak untuk lolos ke pelatnas II. Aku telah pesimis. Siang itu ketika aku sedang berada di dalam kelas,  guru kimia meminta kami untuk browsing mencari materi pelajaran. Dengan iseng, aku buka akun facebook ku dan ternyata ada notifikasinya. Temanku mengirim sesuatu ke group pelatnas. Seketika aku buka, langsung terkejut dan kaget. Hal fantastis lainnya adalah aku lolos ke Pelatnas II. Kemudian teman-teman sekelas memberi selamat, termasuk juga Ibu Nurmasyiah, guru Kimia kami. Sebenarnya aku berharap untuk tidak lolos sih, soalnya aku sudah dipastikan tidak bisa ikut SNMPTN undangan, sehingga aku mau fokus belajar saja untuk menghadapi tes SNMPTN tertulis. Tapi teman-teman mendukung ku untuk ikut, sekolah juga sangat mendukung. Ini adalah kesempatan yang dimiliki oleh hanya 14 orang dari seluruh Indonesia, makanya aku putuskan untuk berjuang sekali lagi.
            Pelatnas tahap I juga diadakan di Yogyakarta, selama satu bulan seperti pelatnas I. Sebanyak 14 orang  (termasuk aku) hasil seleksi tahap I, mengikuti pelatnas tahap ke II ini. Persaingan lebih ketat. Materi yang diajarkan juga semakin sulit. Menurutku, materi terberat pada pelatnas ini adalah astronomi. Dosen astronomi dari ITB dan beliau begitu disiplin dan memperlakukan kami selayaknya mahasiswa. Di materi ini, kami dilatih untuk mengolah data, menentukan massa planet Jupiter dari periode orbit satelit-satelitnya, membuat diagram HR (Hertzsprung-Russel) Membuat diagram HR ini membutuhkan waktu yang lama, mulai dari habis ishoma dan selesai pada pukul 03.00 pagi di hari berikutnya.. wow aku merasa jadi mahasiswa sungguhan.
            Pada pelatnas ini, kami juga diajak fieldtrip ke lapangan, melihat struktur geologi kemudian memetakannya. Melihat singkapan batuan, kemudian membuat kolom stratigrafinya. Aku memang berasa jadi mahasiswa saat itu. Setelah fieldtrip kami juga diajak mengunjungi museum manusia purba di Sangiran. Luar biasa, aku bisa belajar sambil refreshing. Melihat muka-muka orang terdahulu, benda-benda purbakala, dan semuanya tentang purba. Sementara di geologi UGM, kami belajar tentang fossil, mengidentifikasi fossil, mulai dari fossil yang besar hingga fossil yang dilihat menggunakan mikroskop dilakukan di Laboratorium paleontology UGM. Ternyata fossil itu banyak sekali gunanya. Pelatnas II ini belajarnya tidak hanya di jurusan Teknik Geologi, namun juga belajar di jurusan Geofisika UGM. Diajak untuk melihat apa yang ada di geofisika UGM, biar tidak stress. Bahkan melakukan praktikum tentang gravimetri di sana (di kuliah aku sekarang, bahkan tidak ada praktikum dengan alatnya langsung, tapi aku udah praktikum ketika masih di SMA, tapi aku remedi sih di mata kuliah ini). Aku benar-benar serasa jadi mahasiswa.
            Tes akhir di pelatnas ini memang sungguh luar biasa, dari pagi hingga sore hari aku  menghadapi banyak soal. Di akhir tes kami diberi kejutan berupa kue ulang tahun (ultah) untuk tiga peserta pelatnas II yang kebetulan ultah pada hari itu. Setelah tes berakhir, aku mandi dan tidur untuk sejenak melupakan ‘kekejaman’ soal-soal tersebut. Untuk materi astronomi sendiri, selain diadakan tes teori juga dilakukan practical test berupa skill menggunakan teleskop, beberapa hari sebelum tes akhir teori. Keesokan harinya kami berwisata ke candi Borobudur. Malam harinya kami mengunjungi kawasan Malioboro.
            Hingga akhirnya tibalah hari di mana aku harus pulang ke Riau. Setibanya di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru, aku disambut oleh teman-teman berambut pelontos. Begitu juga di sekolah, aku disambut dengan spanduk selamat datang dan senyuman ramah anak-anak penghuni asrama. Sekali lagi, aku kembali larut dalam perasaan haru. Di sambut bak pahlawan coy.

Akhir Kisah Ini
            Beberapa waktu kemudian, pasca pelatnas II, aku melupakan semua yang berhubungan dengan olimpiade. Aku hanya memfokuskan diri untuk menghadapi UN dan SNMPTN tertulis. Hingga hari perpisahan tiba pun, pengumuman pelatnas II belum juga diumumkan.
            Sebulan lebih setelah resmi keluar dari sekolah dan lingkungan asrama, akhirnya pengumuman pelatnas II pun tiba dan aku harus mengakui keunggulan teman-temanku itu. Perjuanganku di bidang olimpiade sains akhirnya berhenti hingga di sini. Namun tak apa. Bagiku, sudah sampai sejauh ini adalah hasil yang sangat luar biasa untuk orang biasa sepertiku.  Satu hal lagi rangkaian keajaiban yang aku dapatkan semasa di SMA adalah ketika acara perpisahan, aku dinobatkan sebagai siswa berprestasi tahun 2012.
            Di setiap kisah manis, pasti terdapat kisah pahit. Mungkin cerita diatas semua menceritakan manisnya. Aku masih ingat bagaimana pahitnya aku mengejar pelajaran sekolah yang aku tinggalkan berbulan-bulan karena olimpiade. Aku masih ingat ketika aku pulang dari pelatnas 1, ketika sampai di kamar kemudian teman se-kamar ku bilang bahwa aku dicari’in salah satu guru mata pelajaran “x”, kemudian dia juga bilang kalau aku sering dibicarakan oleh guru tersebut. Temanku bilang bahwa si guru x bilang: Randi ini sering tidak hadir, padahal dia tidak terlalu paham dengan pelajaran ini, kalau Tengku Ahmad (temaku yang pintarnya keterlaluan) yang ikut begituan gak apa-apa, dia sudah pintar. Mendengar kata itu, tau sendiri bagaimana perasaan ketika itu. Hal pahit lainnya adalah ketika SNMPTN Undangan, aku tidak bisa ikut sebagai siswa undangan karena nilai rapor aku pasti jauh kalah sama teman aku. Gak apa-apa, menurut aku berjuang sekali lagi Untuk tes SNMPTN tertulis gak apa-apa. Mungkin itu takdir juga yang membawa aku kuliah di Oseanografi Undip sekarang (sebenarnya masih pengen kuliah di Geology atau Meteorology sih).
            Teman, Semua pencapaian yang telah dicapai tidak bisa hanya dengan melakukan hal biasa. Hal luar biasa tidak akan tercapai dengan cara biasa. Karena aku sadar bahwa aku hanyalah orang biasa, dengan kemampuan terbatas, tanpa pengalaman olimpiade sebelumnya. Sedangkan yang ingin aku capai adalah sesuatu yang luar biasa, makanya aku melakukan hal luar biasa (itu yang tadi loh, belajar di manapun dan dalam keadaan apapun). Aku berterima kasih sekali kepada SMAN Plus Propinsi Riau yang telah membuat ku bisa mencapai miracle ini sebenarnya miracle terbesar itu adalah aku bisa bersekolah di SMAN Plus Provinsi Riau. Jika saja aku bersekolah di kampungku, atau bersekolah di tempat lain, mungkin aku hanya akan jadi seperti kebanyakan siswa lainnya dan tidak akan menemukan keajaiban itu. Di sekolah itu, ‘manusianya’ pintar-pintar dan penuh talenta. Bukan hanya siswa, tapi juga guru-gurunya. Hal itulah yang membuat aku terpacu agar bisa sejajar dengan mereka atau bahkan lebih. Kalian luar biasa.
            Terakhir, apapun itu, satu hal yang aku yakini selama ini adalah Tuhan tidak akan menyia-nyiakan usaha seorang hambaNya. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Percayalah itu. Mungkin bagi sebagian orang apa yang aku lakukan dengan belajar olimpiade Kebumian, yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekolah adalah sesuatu yang sia-sia, menghabiskan waktu, atau bahkan membuat nilai buku raport ku jelek.
            Terlepas dari semua itu, aku menyadari sekarang manfaatnya. Apalagi aku sekarang kuliah di prodi Oseanografi yang juga memerlukan ilmu tersebut. Aku bahkan mengerti materi kuliah sebelum diajarkan dosen (bukan sombong ya, tapi emang gitu). Lihat soal essay olimpiade kebumian tingkat nasional tahun 2009 berikut:

            Soal tersebut hampir persis seperti soal ujian mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi (semester 2) di tempat aku kuliah. Mungkin bagi teman-teman kuliah ku, soal tersebut terasa sangat asing, dan aku tak yakin kalau mereka bisa menjawab soal tersebut. Tetapi aku telah mengerjakan soal tersebut di tahun 2010 ketika masih duduk di Bangku SMA. Mungkin teman-temanku baru tahu istilah gaya coriolis, siklon, el-nino, la-nina  di semester 4 (karena merupakan bagian penting dari arus, gelombang), sementara aku sudah kenal dari tahun 2009. Lihatlah contoh soal kebumian tingkat nasional tahun 2010 berikut yang bahkan menanyakan tentang el-nino la-nia, dan siklon

            Berikut contoh soal osn kebumian tahun 2010 yang untuk mencari jawabannya, kita harus belajar di semester 4 di program studi oseanografi:

            Jawaban dari soal diatas menurut saya adalah yang “a”. Hal itu karena gelombang tsunami adalah gelombang periode panjang, gelombang ini adalah tipe gelombang perairan dangkal (karena panjang gelombangnya sangat panjang dibandingkan kedalaman perairan). Karena gelombang perairan dangkal, maka gelombang tsunami akan mengikuti karakteristik gelombang perairan dangkal yaitu, mengalamai efek pendangkalan shoaling. Ketika tsunami terbentuk di tengah laut, tinggi gelombang tsunami tidaklah besar hanya sekitar 1 meter dengan kecepatan rambat sangat tinggi bisa mencapai 200 km/jam. Ketika menjalar ke perairan lebih dangkal, panjang gelombang akan berkurang, kecepatan gelombang akan berkurang akibat adanya gesekan dengan dasar perairan, tinggi gelombang akan bertambah bahkan mencapai 30 m (sebelum gelombang tsunami tersebut pecah). Soal diatas adalah materi dari mata kuliah gelombang laut (semester 4). Begitulah bagaimana anak kebumian, mereka harus memahami materi kuliah yang belum dipelajari di SMA. Salut untuk anak Kebumian.
            Mungkin juga teman-temanku masih sangat baru dengan istilah-istilah yang mereka dapatkan di mata kuliah geologi laut, sedimentologi laut, dan lain-lain tetapi aku tidak merasa asing lagi, telah akrab dengan istilah-istilah tersebut, apalagi ketika praktikum petrologi, aku telah bisa mengidentifikasi batuan dan mineral sebelum dijelaskan assistennya. Bukannya bermaksud sombong, tetapi apa yang aku pelajari di SMA ini sangat-sangat berguna untuk kuliah, beban kuliah jadi berkurang karena kita telah paham.  Terlebih lagi, Aku bisa mendapatkan IP 4 (sempurna) di semester pertama kuliah yang katanya massa paling ababil karena transisi dari SMA ke kuliah, tetapi aku bisa mendapatkan 4  dan bagiku itulah miracle yang aku raih dari perjuangan.   
Beruntung bangetlah bisa ikut olimpiade kebumian.
            Jadi tidak ada yang sia-sia. Semua akan mendapatkan balasan yang setimpal. Yang penting kerja keras, bagaimanapun hasilnya, terserah. Mungkin kita telah berusaha keras, namun hasilnya kurang bagus, sementara teman kita yang belajarnya sedikit tapi hasilnya bagus, jangan iri atau berprasangka negatif. Berpikir positif aja, usaha kita masih kurang, jadi kita harus berusaha lagi. Yang penting itu ilmunya, ada kalanya nilai itu tidak berarti apa-apa. Usaha yang dilakukan pasti akan mendapat balasan, mungkin tidak sekarang, tapi PASTI.