Berawal dari candaan temanku yang
memberitahu bahwa aku lulus seleksi masuk SMAN Plus Provinsi Riau, padahal
waktu itu belum pengumuman. Aku aminkan saja apa yang dia katan. Benar saja,
ketika pengumuman, nama aku tertera diantara 99 nama lainnya yang lulus. Iya, Semua berawal ketika aku
menjadi salah satu bagian dari sekolah menengah terbaik di Provinsi itu, SMAN
Plus Provinsi Riau. Di sekolah ini kamu akan menemukan anak-anak jenius yang
multitalent. Maklum saja, untuk bisa mengenyam pendidikan di sana, kalian harus
mengikuti serangkaian tes- yang menurutku- tidak mudah untuk ukuran tes masuk
SMA.
Awal – awal Sekolah
Satu
hal yang aku rasakan ketika pertama kali menjadi bagian dari mereka adalah
minder. Teman-teman ku memiliki berbagai prestasi di bangku SMP. Ada yang pernah
mengikuti Olimpiade Sains Nasional, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional, dan
masih banyak lagi. Sementara aku hanya juara kelas saja ketika di SMP. Selain
itu, teman-teman ku juga berasal dari SMP/MTs yang ternama di Provinsi Riau,
sedangkan aku hanya dari SMP terpencil di pelosok Provinsi. Bahkan aku adalah
alumni pertama di SMP ku yang bisa masuk ke SMA ini. Awal-awal di sekolah ini,
aku dihantui rasa minder yang berkepanjangan. Saat sesi perkenalan di Masa
Orientasi Siswa (MOS), teman-temanku dengan bangga menyebutkan berbagai
prestasi mereka semasa duduk di bangku SMP. Sementara aku hanya bisa
menyebutkan ‘juara kelas’ sebagai prestasi. Terlebih lagi ketika PBM (proses
belajar mengajar) telah dimulai, bahkan saking pintarnya teman-teman ku ini,
mereka telah mengerti materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru.
Awal berseragam putih abu-abu, aku tidak
terkenal di kalangan teman ataupun kakak kelas, apalagi guru di SMA itu. Semua
berubah ketika aku kenal dengan yang namanya KEBUMIAN. Entah bagaimana
persisnya. Tapi yang jelas, ia telah merubah segalanya. Satu hal yang aku ingat
adalah, sekolah itu sangat fokus pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN). Bahkan, suatu angkatan baru akan resmi diakui
menjadi bagian dari sekolah ini (selanjutnya disebut generasi) setelah
salah satu anggotanya bisa mewakili sekolah dan provinsi di ajang OSN. Ya, itulah yang aku dengar dari seniorku kala itu. Terlepas dari ada atau
tidaknya aturan itu, aku tak begitu peduli. Tapi yang jelas, aku bermimpi akan
menjadi salah seorang yang dapat membanggakan angkatanku.
Pertemuan dengan Kebumian
Aku masih ingat, di sekolahku
itu masing-masing Kelompok Olimpiade (KODE) pasti akan mengadakan seleksi untuk
siswa baru. Biasanya, seleksi ini dilaksanakan setelah adanya sosialisasi
terlebih dahulu. Seleksi ini merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dilalui
setiap siswa baru yang ingin bergabung ke sebuah kelompok Olimpiade. Kalau tidak salah, aku pernah mengikuti
seleksi KODE Fisika, Biologi, serta Kimia. Mau tau hasilnya? Sudah jelas bahwa
aku tidak lolos.
Cerita ini sebenarnya tidaklah memaparkan
kegagalan-kegagalan ku di masa SMA. Tapi tentang sesuatu yang luar biasa,
tentang sesuatu yang aku anggap itu adalah sebuah keajaiban (ini juga bukan
cerita peri looh ya). Dengan tidak lolosnya aku menjadi bagian dari berbagai
KODE di sekolah itu, lantas tidak membuatku patah hati, berarti aku memang
tidak ditakdirkan menjadi bagian dari mereka. Tapi, ada satu KODE yang belum
mengadakan seleksi yaitu KODE Kebumian. Seleksi akan dilakukan pada Semester 2. Entah mengapa, aku sangat yakin bahwa aku
akan lolos menjadi bagian dari KODE ini.
Hari-hari terus berlalu di semester 1 kelas X. Supaya aku
bisa masuk ke KODE Kebumian, setiap sore aku habiskan untuk membaca buku Geografi
(materi tes masuk KODE Kebumian-nya dari sini). Bahkan, seorang temanku, Abu,
pernah bilang: “Kau harus lolos Ran, awas kalau gak lolos. Kasihan tuh buku,
udah keseringan dibaca”. Tidak hanya membaca buku Geografi, aku juga
membaca soal-soal Olimpiade Kebumian tingkat kabupaten dan provinsi. Meskipun
ketika membacanya, aku tak paham sama
sekali apa yang aku baca, tapi aku yakin lambat laun aku pasti bisa
memahaminya.
Beberapa paragraf di atas, mungkin cuma menceritakan
tentang aku. Disamping itu, untuk KODE Kebumian ini, bukan cuma aku yang sangat
antusias dan bersemangat. Teman sekelasku, Rezky, juga sangat berambisi. Bahkan
teman-teman angkatanku yakin kalau Rezky pasti akan lolos sampai ke OSN. Hal inilah
yang menjadi motivasi tersendiri bagiku. Kami saling bersinergi, saling
melengkapi.
Oh iya, bagi yang belum tahu Kebumian itu apa. Berikut aku
jelaskan sekilas. Kebumian adalah salah satu bidang ilmu yang dilombakan di Olimpiade
Sains Nasional (OSN) tingkat SMA. Nah, materi Kebumian itu intinya ada 4,
yaitu: geosfer (geologi, geofisika, dsj), atmosfer (meteorologi, klimatologi),
hidrosfer (oseanografi, hidrologi, hidrogeologi) serta astronomy (sains
keplanetan). Jadi Kebumian ini materinya kebanyakan dipelajari di bangku
kuliah, tidak dipelajari secara reguler di masa SMA.
Tes untuk menjadi tim sekolah (KODE Kebumian)
Semester I pun berlalu. Datanglah
semester II dan hari di mana awal sejarah akan tercipta (berlebihan ya?).
Yaitu hari saat tes untuk masuk KODE kebumian. Ada yang menarik dari tes ini,
jika KODE lain hanya menyeleksi siswa kelas X saja, KODE ini juga
mempersilahkan kelas XI untuk mengikuti seleksi. Keadaan ini menambah
semangatku, karena lawan kita juga kakak kelas yang pastinya berpengalaman. Tes
pun dimulai dan berakhir. Satu-satunya harapan ku setelah tes itu adalah bisa
bergabung bersama KODE Kebumian, tidak peduli peringkat berapa di tes itu,
biarpun peringkat terakhir dari semua yang lolos. Setelah tes, aku dan Rezky
bertemu kak Parli, kakak kelas. Kak Parli sendiri tak perlu ikut tes lagi, dia sudah
otomatis lolos karena tahun lalu telah menjadi bagian dari kode Kebumian.
Sekanjutnya Kami mendiskusikan soal yang diujikan. Lalu kak Parli bilang bahwa yang
akan mendapat peringkat 1 pasti aku. Tapi aku tak yakin. Aku balas perkataan
kak Parli bahwa Rezky lah yang akan menempati peringkat 1 pada tes tadi.
Hari pengumuman tes pun tiba.
Ketika aku melihat pengumumannya, sudah ku duga, hasilnya tidak terlalu bagus.
Aku hanya peringkat 7, sementara Rezky berada di peringkat 3. Aku bersyukur
walaupun berada di peringkat 7, karena target ku memang cuma masuk KODE ini,
tidak peduli itu peringkat berapa. Satu lagi kelas X yang lolos saat itu yaitu
Zainuddin (bagian penting juga dari cerita ini). Ia menempati peringkat
10.
Masa-masa pelatihan menjelang OSK (seleksi
tingkat kabupaten/kota)
Oh iya, bagi yang belum tahu
bagaimana skema OSN, berikut aku jelaskan singkat. OSN menerapkan seleksi
bertahap, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, dan lomba sebenarnya saat di
tingkat Nasional. Menjelang OSK, semua KODE di sekolah ini mengadakan
pelatihan. Selain pelatihan, untuk persiapan aku juga belajar mandiri dengan
materi yang didapat dari kak Deby (seniorku mantan peserta OSN) dan juga materi
yang aku minta dari Rezky.
Sebelum pelaksanaan OSK, ada
lomba pra-OSN yang diadakan oleh Universitas Sumatera Utara di Kota Medan. Tapi
saat itu aku tidak ikut. Dari kelas X, Rezky lah yang mewakili sekolah untuk
olimpiade Kebumian. Di lomba ini, peserta Kebumian dari sekolahku banyak yang
berhasil hingga tahap semifinal, bahkan dapat peringkat juga. Termasuk Rezky,
untuk kelas X, menurutku itu adalah prestasi yang luar biasa. Bahkan pasca lomba
itu, teman-teman seangkatanku yakin bahwa Rezky akan berhasil menjadi peserta
OSN tahun ini.
Kembali ke pelatihan tadi. Dari pelatihan (dilatih
oleh kak Anwar, senior kami yang berhasil mendapat medali di OSN)
terlihatlah kemampuan masing-masing peserta. Kak Parli, kak Oby (peringkat 1
ketika tes KODE), terlihat sangat menonjol. Terkadang aku juga belajar bersama
kak Parli. Semasa pelatihan, aku biasa-biasa saja. Aku lebih suka diam
dibandingkan menunjukkan kemampuan, tapi sepertinya kak Parli tahu kemampuanku.
Saat itu, ada perkataan salah seorang teman yang
membuatku sangat termotivasi. Namanya Dedy. Dia katakan bahwa di antara
angkatan kami, hanya Rezky yang sudah dipastikan melaju ke OSN. Di dalam hati,
aku bertekad bahwa bukan hanya Rezky, tapi aku juga akan berhasil lolos hingga
OSN.
Satu hal yang mungkin teman-teman ku anggap aneh dari ku adalah,
aku selalu membawa buku bacaan tentang Kebumian. Di kelas, di lingkungan asrama
pada sore hari, bahkan saat angkatan ku pergi outbond, di bus pun aku
selalu membaca materi-materi Kebumian. Emang gila sih, tapi semua ini
berhasil sob, lihat aja kelanjutan dari cerita ini. Sampai sekarang pun
kebiasaan belajar itu masih melekat, tidak peduli bagaimanapun teman – teman
kuliah lainnya tidak belajar, ribut pun dikelas, aku tetap akan berusaha
membaca apa yang ada didepan (buku, catatan, dan lain-lain).
Saat OSK dan Pengumuman OSK (Awal dari Kejutan
itu)
Malam hari sebelum OSK, beberapa
siswa tampak serius belajar di kamar masing-masing. Oh iya lupa, sekolah ku ini
merupakan sekolah asrama, dengan peraturan semi militer yang mengutamakan
kedisiplinan tinggi. Hal ini semakin membuat aku siap dan percaya diri. Hingga
akhirnya tes pun dimulai dan selesai. Belum sempat saling diskusi mengenai soal-soal
OSK, kami pun langsung mengkoreksi hasil tes yang dipandu oleh pembina Kebumian
(Bapak Hasidin Pospos). Semua lembar jawaban dikoreksi, dan dihitung berapa
jumlah benar dan salah. Menurut kakak-kakak seniorku, aku meraih nilai tertinggi.
Meskipun belum diumumkan resmi, kak Parli mengucapkan selamat pada ku.
Keesokan harinya, pengumuman
hasil OSK ditempel di mading sekolah. Benar saja, aku peringkat pertama. Kemudian
kak Oby atau kak Parli ya? Entahlah, aku lupa. Sementara Rezky dan Zainuddin
tidak lolos ke OSP, karena yang diambil hanya 5 terbaik. Dari sini lah semuanya
berubah. Teman-teman yang semula tidak berharap banyak pada ku, sekarang mereka
mengharapkan ku. Maklum, hanya 2 orang dari kelas X yang berhasil meraih
peringkat 1 di OSK saat itu. Satunya lagi teman seperjuanganku, Ardilo. Dia
meraih peringkat 1 di OSK Matematika. Ucapan selamat pun banyak berdatangan. Bahkan,
Cindy, teman se-angkatanku yang telah berhasil mewakili Riau pada ajang National
School Debating Championship tahun itu, memberikan ucapan selamat padaku
dan berpesan agar aku bisa terus berjuang hingga OSN dan meraih medali untuk
sekolah, provinsi, dan tentunya generasi kami.
Masa-masa Olimpiade Sains Provinsi/OSP (disini
nih letak hero nya)
Menjelang tes OSP, Pemerintah Provinsi Riau mengadakan
pelatihan di hotel Furaya, salah satu hotel bintang tiga di Kota Pekanbaru.
Itulah saat pertama kalinya aku menginjakkan kaki di sebuah hotel. Di pelatihan
ini, lima orang peserta terbaik dari tiap kabupaten/kota diundang untuk sama-sama
berlatih dan mempersiapkan diri menjelang OSP. Saingan di OSP semakin berat. Ada
juga peserta dari sekolah favorit Riau lainnya. Selama seminggu diadakan
pelatihan, kemudian sehari setelahnya dilakukan tes di Hotel Mutiara Merdeka. Di
OSP aku lebih percaya diri, soalnya akulah peringkat I di OSK.
Singkat cerita, peserta yang
lolos di tingkat provinsi ke OSN pun akhirnya diumumkan. Ketika itu aku sedang
bermain volly di lapangan volly samping asramaku. Terdengar di asrama 1 dan 2, teriakan
kegembiraan dari kakak kelas XI, dan ternyata itu adalah mereka yang lolos ke
OSN. Tidak lama berselang, kak Oby pun memanggil ku kemudian memberikan ucapan
selamat sembari menyalami ku, bahwa kami lolos ke OSN bersama kak Khairunnas
dan 2 peserta lagi dari SMAN 8 Pekanbaru. Tidak bisa dilukiskan bagaimana
perasaan saat mendengar bahwa aku lolos ke Nasional. Namun tetap, aku masih stay
cool dan tidak selebrasi berlebihan, tidak seperti para senior ku yang
lolos yang mereka meluapkan dengan berbagai ekspresi kegembiaraan mereka. Satu
hal yang buat aku sedih yaitu tidak lolosnya kak Parli. Padahal aku banyak
dapat ilmu Kebumian darinya.
Pasca lolosnya aku ke tingkat
nasional di OSN Kebumian terasa sangat istimewa, karena cuma aku satu-satunya
di angkatan ku yang bisa berpartisipasi tahun itu di ajang Olimpiade Sains.
Dengan itu, resmilah angkatanku disebut generasi. Resmilah generasi-ku menjadi
bagian dari sekolah terbaik Riau. Dan itu bukan oleh Tengku Ahmad, bukan Rizky
Fauzy, bukan Ardilo Indragita, bukan Enda Cindylosa (semua orang ini adalah
yang semula diprediksi akan mengikuti OSN tahun itu), tapi oleh seorang Randi
Firdaus. Anak biasa yang tidak diperhitungkan sebelumnya menjadi seorang
pahlawan.
Menjelang, saat, dan pasca OSN
Menjelang OSN yang akan
dilaksanakan di Kota Medan, Pemerintah Provinsi Riau bekerja sama dengan
Universitas Indonesia mengadakan pelatihan untuk siswa/i Riau yang lolos ke OSN
dan siswa yang saat OSP masih kelas X yang dipersiapkan untuk tahun depan. Pelatihannya
dipusatkan di Universitas Indonesia, Depok. Ketika berangkat ke UI, ini adalah
pertama kalinya aku naik pesawat terbang (maklum dari kampung). Di UI
pelatihan sekitar 2 minggu, dilatih oleh dosen-dosen UI, pegawai BMKG, dan
Planetarium Jakarta. Selain belajar di kelas, kita juga diajak fieldtrip
ke lapangan, berkunjung ke BMKG pusat, melakukan pengolahan data angin, dan
sebagainya.
OSN tahun itu diadakan di Medan, Sumatera Utara. Kami
akan bersaing dengan putra-putri terbaik bangsa dari 33 provins saat itu.
Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagiku bisa bersaing bersama mereka. Namun,
saat itu aku kurang beruntung. Selama di Medan aku sakit. Kondisi tubuhku drop,
konsentrasi pun buyar. Alhasil aku tidak
berhasil mendapat medali.
Cerita ini tidak berakhir ketika aku menembus olimpiade
sains tingkat nasional di tahun ini, masih ada kelanjutan dari kisah yang penuh
dengan miracle (sesuai dengan nama generasi ku, ada miraclenya).
Masa-masa Olimpiade di kelas XI dan XII
Di tahun ajaran baru, menyambut OSN tahun ini,
masing-masing KODE memulai seleksi untuk siswa barunya. Berbeda dengan tahun
lalu, sekarang aku tidak perlu ikut tes seleksi kebumian lagi. Bahkan soal
seleksi untuk tahun ini yang membuat nya adalah aku (meskipun akhirnya gak
dipakai, dan hanya di pakai untuk soal pre tes saat pelatihan).
OSK. Aku yang
telah berpengalaman mendapatkan peringkat 1 lagi di OSK. Dan apabila aku
bandingkan dengan nilai OSK provinsi lain, sepertinya nilai OSK tu termasuk
yang tertinggi (bukan sombong loh ya). Tahun ini, rivalitas antara aku dan Rezky
memudar, Rezky lebih memilih karir keorganisasian di sekolah. Sebagai gantinya
adalah Zainuddin (Zae), yang menjadi pesaing terberatku di OSK dan OSP, di samping
nama lain seperti Ridho dan adik kelas ku yang berbakat, Yoyok.
Sebelumnya,
di masa-masa sebelum OSK di mulai, SMAN 1 Padang mengadakan lomba olimpiade (semua
bidang) yang pesertanya se-Sumatera. Beberapa anggota KODE Kebumian dan
Astronomi mengikuti lomba tersebut, aku salah satunya. Di lomba tersebut aku
berjumpa kembali dengan teman sekamar ku di hotel ketika OSN di Medan tahun
lalu yaitu bang Wahyu dari MAN Padang Panjang. Di babak penyisihan, diambil 10
peserta dengan nilai tertinggi, pada babak penyisihan ini aku berhasil meraih
peringkat 1. Pada babak final aku hanya berhasil meraih juara 3. Lumayanlah
sebagai pemanasan menghadapi musim olimpiade tahun itu.
OSP. Begitu juga dengan osp
tahun ini, jika tahun lalu aku masih canggung. Tahun ini sudah lebih pede.
Anak Plus (Zae, Ridho, aku, dan Yoyok) masih mendominasi saat pelatihan di tingkat
provinsi. Pengumuman OSP pun di umumkan. Untuk Provinsi Riau di bidang
Kebumian, yang lolos ke nasional adalah Aku dan Zae.
OSN. Seperti
tahun lalu, menjelang dilaksanakan OSN diadakan pelatihan di Universitas
Indonesia. OSN tahun ini diadakan di kota Manado, Sulawesi Utara, negeri yang terkenal akan taman bawah
lautnya (Bunaken). OSN sendiri diadakan pada tanggal 11-16 September 2011. Ada yang
istimewa dari OSN tahun ini, yaitu bertepatan dengan tanggal 11 September
adalah ulang tahunku ke 17. Pada tanggal ini, aku berada di hotel bintang lima
di Manado. Berbeda dengan OSN tahun lalu, OSN tahun ini aku tidak sakit lagi dan
lebih enjoy. OSN Kebumian
di Manado mengujikan tes dalam bentuk teori tertulis, pratik ke lapangan, serta
praktikum peraga. Praktikum lapangan sendiri diadakan di BMKG di Manado (untuk
bidang meteorologi), fildtrip ke singkapan soil
(tanah) purba di dekat icon-nya kota
Manado yaitu Kristus Memberkati (untuk geologi). Praktikum peraga sesar,
mineral, fossil, dan semua tentang geologi. Ada yang berbeda di OSN Kebumian
kala itu dengan OSN sebelumnya. Pada OSN tahun ini diadakan practical test untuk bidang oseanografi.
Praktikumnya sendiri di sebuah pantai di manado, praktikum tentang gelombang,
pasang surut (bahkan di kuliahku, pasang surut baru di pelajari di semester 4),
tipe sedimen, menggunakan instrumen yaitu refractometer
untuk menentukan nilai salinitas. Ada
hal menarik dari praktikum ini, yaitu tentang penggunaan refractometer. Bahkan di tempat aku kuliah, baru tau dan
menggunakan alat ini di akhir semester 3, sementara itu aku bahkan telah
menggunakannya 3 tahun yang lalu. Terlebih lagi, juri bidang oseanografi pada
OSN kali ini merupakan salah satu dosen Oseanografi UNDIP (pak Warsito). Bahkan kemarin ketika
ujian pasang surut (semster 4 (aku semester 2 pas ini)) bapaknya ngasih soal
olimpiade (dalam hati ketawa sendiri, karena udah biasa ngerjakan soal
olimpiade).
Kembali ke OSN Malam pengumuman pun tiba. Tibalah
saat pengumuman untuk perunggu bidang Kebumian. Semua anak Kebumian merasakan
ketegangan, aku juga. Keteganganku pecah ketika nama pertama diumumkan : “Randi
Firdaus dari SMA Negeri Plus Provinsi Riau”. Aku langsung mengucap
syukur. Tidak dapat dilukiskan (aslinya aku emang gak bisa melukis sih)
kebahagiaan itu. Aku berjalan ke atas panggung, menerima pengalungan medali,
lalu difoto. Wooow luar biasa! Apalagi ini ajang olimpiade sains tingkat
nasional. Ini menjadi kado terindah di ultah ku yang ke 17. Amazing. Dan medali perunggu itu adalah
perunggu 1, satu lagi aku dapat medali perak.
Pelatnas I
Semua peraih medali pada Olimpiade Sains Nasional (OSN)
akan dibina dan diseleksi lagi pada pelatnas untuk menjadi timnas Indonesia di
ajang Olimpiade Sains Internasional. Olimpiade Internasional Kebumian / IESO (International
Earth Science Olympiad) yang diadakan di negara kelahiran pesepak bola
terbaik dunia, Lionel Messi, yaitu Argentina. Pelatnas I bidang ilmu Kebumian diadakan
di Kota Yogyakarta. Sebulan (23 Oktober-22 November 2012) lamanya aku di Yogyakarta,
tepatnya di hotel University dan Universitas Gadjah Mada bersama peserta
pelatnas Matematika.
Sebelum berangkat ke Pelatnas I, sebenarnya aku
ada satu masalah. Surat pemanggilan dari Kemendikbud belum sampai ke sekolah
dan aku sangat kebingungan. Bahkan aku baru memutuskan untuk ikut pelatnas I
pada H-2. Jum’at malam aku buka internet dan pembina untuk IESO (dosen dari
geologi UGM) memberitahu via group facebook bahwa bagi siswa yang
mendapat medali namun belum menerima surat pemanggilan tetap boleh datang.
Melihat hal itu aku langsung menuju rumah Bu Evi Rahmi yang masih satu komplek
dengan sekolahku, ditemani Ardilo, untuk meminjam handphone beliau.
Maklum saja, karena disekolah ku yang namanya alat komunikasi seperti handphone
sangat dilarang untuk dibawa. Aku menelpon abangku bahwa aku akan ikut
pelatnas di Yogyakarta dan memintanya untuk membelikanku tiket pesawat. Huh. Sungguh
merupakan sebuah perjuangan mengambil keputusan besar dalam waktu yang singkat.
Hari pertama di Yogyakarta (aku ingat betul,
bertepatan dengan meninggalnya pembalap Moto-GP Marco Simoncelli di sirkuit Sepang,
Malaysia) bertemu teman sekamar yang sangat luar biasa cerdasnya. Namanya
Aditya Hirawan, dari SMAN 1 Teladan Yogyakarta. Orangnya sangat baik. Waktu itu
aku sudah kelas XII tapi dia masih kelas X, dan di OSN Manado waktu itu dia
masih duduk di bangku SMP, tetapi ikut seleksi tingkat SMA. Wow luar biasa..!! Tahun
ini, Adit berhasil meraih medali perah kategori guest student pada ajang
IESO 2013 yang diselenggarakan di India. Dia berhasil mengharumkan nama
Indonesia.
Malam hari di hari pertama dijadwalkan sebagai pembukaan
dan briefing untuk pelatihan. Sebelumnya, sore hari kami telah mengikuti psikotest.
Di malam pembukaan, peserta pelatnas Kebumian tidak sendirian melainkan
bergabung bersama peserta pelatnas Matematika dan Fisika. Tau kah kalian apa
yang aku pikirkan saat itu?? Minder adalah satu-satunya perasaanku saat itu.
Bagaimana tidak, berada di antara anak-anak yang punya IQ superior, orang-orang
berwajah ‘angka’, berkacamata tebal. Namun perasaan itu seketika berubah
menjadi kebanggaan tersendiri. Bagaimana tidak? Aku yang tergolong orang biasa-biasa
saja (selama di SMA malahan gak pernah dapat ranking) bisa berada bersama
mereka yang superior. Selesai pembukaan dilanjutkan dengan briefing dan
perkenalan dengan para assisten (mahasiswa dari jurusan Teknik Geologi UGM)
yang akan menjadi pengawas, pengajar, selama sebulan kedepan. Salah satu
assistennya memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa salah satu peserta adalah
adik kelasnya di SMA, yang dia kenali dari baju kami yang khas. Kebetulan waktu
itu aku memakai baju ‘khusus’ sekolah ku yang seperti baju militer angkatan
udara. Baju ini adalah suatu kebanggaan bagi kami.
Hari-hari berikutnya merupakan pelatihan super intensif.
Belajarnya mulai pukul 07.30 hingga pukul 16.30 WIB dilanjutkan dengan
mentoring oleh para assisten di malam hari, dan dari ba’da maghrib hingga
selesai. Begitulah rutinitas setiap hari kecuali hari minggu yang memang tidak
ada jadwal belajar. Selama satu bulan penuh konsentrasi pada pelajaran yang
akan dilombakan di IESO dan tanpa belajar sedikitpun pelajaran sekolah. Berikut
adalah jadwal pelatnas I Kebumian:
Banyak hal menarik yang bisa diambil dari
pelatnas I ini. Selain belajar di hotel, kami juga belajar di jurusan Teknik
Geologi Universitas Gadjah Mada yang merupakan jurusan Geologi terbaik di
Indonesia. Melakukan praktikum seperti praktikum mineralogi, kristalografi,
batuan beko, batuan sedimen, batuan metamorf, makrofossil, mikrofossil, mineral
optik. Belajar materi geologi dari ahlinya. Hingga fieldtrip ke pantai
Glagah yang memiliki pasir berwarna hitam dikarenakan mengandung banyak mineral
magnetit. Wow, aku berasa jadi mahasiswa
geologi. Dan semua itu tidak didapatkan oleh banyak orang. Hanya 30 anak yang
telah berusaha semaksimal mereka yang bisa mendapatkannya. Ini bisa jadi hadiah
dari usaha mereka selama ini.
Selain geologi, pada pelajaran meteorologi kita juga
diajar oleh dosen Meteorologi ITB yang sangat menguasai materi dan pelajaran
yang diajarkan setingkat S2 (mungkin). Pada bagian praktikum, kami diajarkan
banyak hal seperti mengolah data, memakai isntrumentasi, serta fieldtrip ke BMKG Yogyakarta
untuk praktikum alat-alat meteorologi. Sedangkan untuk materi astronomi (materi
yang jadi momok buatku), kami dibimbing oleh dosen astronomi ITB, bahkan salah satu dosen yang mengajar
astronomi tersebut, namanya diabadikan menjadi nama sebuah asteroid, yaitu pak
Dhani Herdiwijaya. Selain itu kita juga bisa melakukan observasi bintang
menggunakan teleskop secara langsung di pantai Parang Kesumo Yogyakarta.
Pokoknya aku mendapatkan banyak sekali Ilmu dari Pelatnas I ini.
Selain ditempa habis-habisan di bidang
akademik, sikap nasionalisme kami juga dipupuk melalui acara motivasi. Selain
itu, untuk mengurangi stress akibat belajar yang begitu padat, banyak, lama, panitia
juga mengadakan outbound dan lagi-lagi kami bergabung bersama peserta
pelatnas matematika dan fisika.
Tes komprehensif dilakukan setelah semua materi
diajarkan. Tes ini adalah perjuangan terakhir dari para peserta pada pelatnas I
ini. Tes ini menghabiskan waktu yang cukup lama. Setelah tes diadakan, aku dan
teman-teman jalan-jalan keliling jogja, melepaskan semua beban selama satu
bulan yang dipenuhi dengan pelajaran-pelajaran yang belum diajarkan secara
reguler di SMA.
Singkat cerita, akhirnya Pelatnas I IESO 2012
telah selesai dilaksanakan ditandai dengan penutupan. Kami harus menunggu lebih
lama untuk menunggu keputusan siapa saja di antara kami yang akan lolos ke
pelatnas II. Karena keputusan baru akan diumumkan sampai waktu yang belum
ditentukan. Akhirnya aku pulang ke Riau dengan sangat penasaran.
Pelatnas II
Entah kapan persisnya (aku lupa) pengumuman pelatnas I
pun tiba. Aku tidak berharap banyak untuk lolos ke pelatnas II. Aku telah pesimis.
Siang itu ketika aku sedang berada di dalam kelas, guru kimia meminta kami untuk browsing
mencari materi pelajaran. Dengan iseng, aku buka akun facebook ku dan ternyata
ada notifikasinya. Temanku mengirim sesuatu ke group pelatnas. Seketika aku
buka, langsung terkejut dan kaget. Hal fantastis lainnya adalah aku lolos ke Pelatnas
II. Kemudian teman-teman sekelas memberi selamat, termasuk juga Ibu Nurmasyiah,
guru Kimia kami. Sebenarnya aku berharap untuk tidak lolos sih, soalnya
aku sudah dipastikan tidak bisa ikut SNMPTN undangan, sehingga aku mau fokus
belajar saja untuk menghadapi tes SNMPTN tertulis. Tapi teman-teman mendukung ku
untuk ikut, sekolah juga sangat mendukung. Ini adalah kesempatan yang dimiliki
oleh hanya 14 orang dari seluruh Indonesia, makanya aku putuskan untuk berjuang
sekali lagi.
Pelatnas tahap I juga diadakan di Yogyakarta, selama satu
bulan seperti pelatnas I. Sebanyak 14 orang
(termasuk aku) hasil seleksi tahap I, mengikuti pelatnas tahap ke II
ini. Persaingan lebih ketat. Materi yang diajarkan juga semakin sulit.
Menurutku, materi terberat pada pelatnas ini adalah astronomi. Dosen astronomi
dari ITB dan beliau begitu disiplin dan memperlakukan kami selayaknya
mahasiswa. Di materi ini, kami dilatih untuk mengolah data, menentukan massa
planet Jupiter dari periode orbit satelit-satelitnya, membuat diagram HR (Hertzsprung-Russel)
Membuat diagram HR ini
membutuhkan waktu yang lama, mulai dari habis ishoma dan selesai pada pukul
03.00 pagi di hari berikutnya.. wow aku merasa jadi mahasiswa sungguhan.
Pada pelatnas ini, kami juga diajak fieldtrip
ke lapangan, melihat struktur geologi kemudian memetakannya. Melihat singkapan
batuan, kemudian membuat kolom stratigrafinya. Aku memang berasa jadi mahasiswa
saat itu. Setelah fieldtrip kami juga diajak mengunjungi museum manusia
purba di Sangiran. Luar biasa, aku bisa belajar sambil refreshing. Melihat
muka-muka orang terdahulu, benda-benda purbakala, dan semuanya tentang purba.
Sementara di geologi UGM, kami belajar tentang fossil, mengidentifikasi fossil,
mulai dari fossil yang besar hingga fossil yang dilihat menggunakan mikroskop
dilakukan di Laboratorium paleontology UGM. Ternyata fossil itu banyak
sekali gunanya. Pelatnas II ini belajarnya tidak hanya di jurusan Teknik
Geologi, namun juga belajar di jurusan Geofisika UGM. Diajak untuk melihat apa
yang ada di geofisika UGM, biar tidak stress. Bahkan melakukan praktikum
tentang gravimetri di sana (di kuliah aku sekarang, bahkan tidak ada praktikum
dengan alatnya langsung, tapi aku udah praktikum ketika masih di SMA, tapi aku
remedi sih di mata kuliah ini). Aku benar-benar serasa jadi mahasiswa.
Tes akhir di pelatnas ini memang sungguh luar
biasa, dari pagi hingga sore hari aku menghadapi banyak soal. Di akhir tes kami
diberi kejutan berupa kue ulang tahun (ultah) untuk tiga peserta pelatnas II
yang kebetulan ultah pada hari itu. Setelah tes berakhir, aku mandi dan tidur
untuk sejenak melupakan ‘kekejaman’ soal-soal tersebut. Untuk materi astronomi
sendiri, selain diadakan tes teori juga dilakukan practical test berupa
skill menggunakan teleskop, beberapa hari sebelum tes akhir teori. Keesokan
harinya kami berwisata ke candi Borobudur. Malam harinya kami mengunjungi
kawasan Malioboro.
Hingga akhirnya tibalah hari di mana aku harus pulang ke
Riau. Setibanya di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru, aku disambut oleh
teman-teman berambut pelontos. Begitu juga di sekolah, aku disambut dengan
spanduk selamat datang dan senyuman ramah anak-anak penghuni asrama. Sekali
lagi, aku kembali larut dalam perasaan haru. Di sambut bak pahlawan coy.
Akhir Kisah Ini
Beberapa waktu kemudian, pasca pelatnas II, aku melupakan
semua yang berhubungan dengan olimpiade. Aku hanya memfokuskan diri untuk
menghadapi UN dan SNMPTN tertulis. Hingga hari perpisahan tiba pun, pengumuman
pelatnas II belum juga diumumkan.
Sebulan lebih setelah resmi keluar dari sekolah dan
lingkungan asrama, akhirnya pengumuman pelatnas II pun tiba dan aku harus mengakui
keunggulan teman-temanku itu. Perjuanganku di bidang olimpiade sains akhirnya
berhenti hingga di sini. Namun tak apa. Bagiku, sudah sampai sejauh ini adalah
hasil yang sangat luar biasa untuk orang biasa sepertiku. Satu hal lagi rangkaian keajaiban yang aku
dapatkan semasa di SMA adalah ketika acara perpisahan, aku dinobatkan sebagai
siswa berprestasi tahun 2012.
Di setiap kisah manis, pasti terdapat kisah pahit.
Mungkin cerita diatas semua menceritakan manisnya. Aku masih ingat bagaimana
pahitnya aku mengejar pelajaran sekolah yang aku tinggalkan berbulan-bulan
karena olimpiade. Aku masih ingat ketika aku pulang dari pelatnas 1, ketika
sampai di kamar kemudian teman se-kamar ku bilang bahwa aku dicari’in salah
satu guru mata pelajaran “x”, kemudian dia juga bilang kalau aku sering
dibicarakan oleh guru tersebut. Temanku bilang bahwa si guru x bilang: Randi ini sering tidak hadir, padahal dia
tidak terlalu paham dengan pelajaran ini, kalau Tengku Ahmad (temaku yang
pintarnya keterlaluan) yang ikut begituan gak apa-apa, dia sudah pintar.
Mendengar kata itu, tau sendiri bagaimana perasaan ketika itu. Hal pahit
lainnya adalah ketika SNMPTN Undangan, aku tidak bisa ikut sebagai siswa
undangan karena nilai rapor aku pasti jauh kalah sama teman aku. Gak apa-apa,
menurut aku berjuang sekali lagi Untuk tes SNMPTN tertulis gak apa-apa. Mungkin
itu takdir juga yang membawa aku kuliah di Oseanografi Undip sekarang (sebenarnya
masih pengen kuliah di Geology atau Meteorology sih).
Teman, Semua pencapaian yang telah dicapai tidak bisa
hanya dengan melakukan hal biasa. Hal luar biasa tidak akan tercapai dengan
cara biasa. Karena aku sadar bahwa aku hanyalah orang biasa, dengan
kemampuan terbatas, tanpa pengalaman olimpiade sebelumnya. Sedangkan yang ingin
aku capai adalah sesuatu yang luar biasa, makanya aku melakukan hal luar biasa
(itu yang tadi loh, belajar di manapun dan dalam keadaan apapun). Aku berterima
kasih sekali kepada SMAN Plus Propinsi Riau yang telah membuat ku bisa mencapai
miracle ini sebenarnya
miracle terbesar itu adalah aku bisa bersekolah di SMAN Plus Provinsi Riau.
Jika saja aku bersekolah di kampungku, atau bersekolah di tempat lain, mungkin
aku hanya akan jadi seperti kebanyakan siswa lainnya dan tidak akan menemukan
keajaiban itu. Di sekolah itu, ‘manusianya’ pintar-pintar dan penuh talenta.
Bukan hanya siswa, tapi juga guru-gurunya. Hal itulah yang membuat aku terpacu
agar bisa sejajar dengan mereka atau bahkan lebih. Kalian luar biasa.
Terakhir, apapun itu, satu hal yang aku yakini
selama ini adalah Tuhan tidak akan menyia-nyiakan usaha seorang hambaNya. Tidak
ada yang sia-sia di dunia ini. Percayalah itu. Mungkin bagi sebagian orang apa
yang aku lakukan dengan belajar olimpiade Kebumian, yang tidak ada hubungannya
dengan pelajaran sekolah adalah sesuatu yang sia-sia, menghabiskan waktu, atau bahkan
membuat nilai buku raport ku jelek.
Terlepas dari semua itu, aku menyadari sekarang manfaatnya.
Apalagi aku sekarang kuliah di prodi Oseanografi yang juga memerlukan ilmu
tersebut. Aku bahkan mengerti materi kuliah sebelum diajarkan dosen (bukan
sombong ya, tapi emang gitu). Lihat soal essay olimpiade kebumian tingkat nasional
tahun 2009 berikut:
Soal tersebut hampir persis seperti soal ujian mata
kuliah Meteorologi dan Klimatologi (semester 2) di tempat aku kuliah. Mungkin
bagi teman-teman kuliah ku, soal tersebut terasa sangat asing, dan aku tak
yakin kalau mereka bisa menjawab soal tersebut. Tetapi aku telah mengerjakan
soal tersebut di tahun 2010 ketika masih duduk di Bangku SMA. Mungkin
teman-temanku baru tahu istilah gaya
coriolis, siklon, el-nino, la-nina di semester 4 (karena merupakan bagian penting
dari arus, gelombang), sementara aku sudah kenal dari tahun 2009. Lihatlah
contoh soal kebumian tingkat nasional tahun 2010 berikut yang bahkan menanyakan
tentang el-nino la-nia, dan siklon
Berikut contoh soal osn kebumian tahun 2010 yang untuk
mencari jawabannya, kita harus belajar di semester 4 di program studi
oseanografi:
Jawaban dari soal diatas menurut saya adalah yang “a”.
Hal itu karena gelombang tsunami adalah gelombang periode panjang, gelombang
ini adalah tipe gelombang perairan dangkal (karena panjang gelombangnya sangat
panjang dibandingkan kedalaman perairan). Karena gelombang perairan dangkal,
maka gelombang tsunami akan mengikuti karakteristik gelombang perairan dangkal
yaitu, mengalamai efek pendangkalan shoaling. Ketika tsunami terbentuk di tengah laut,
tinggi gelombang tsunami tidaklah besar hanya sekitar 1 meter dengan kecepatan
rambat sangat tinggi bisa mencapai 200 km/jam. Ketika menjalar ke perairan
lebih dangkal, panjang gelombang akan berkurang, kecepatan gelombang akan
berkurang akibat adanya gesekan dengan dasar perairan, tinggi gelombang akan
bertambah bahkan mencapai 30 m (sebelum gelombang tsunami tersebut pecah). Soal diatas adalah materi dari mata kuliah gelombang laut (semester 4).
Begitulah bagaimana anak kebumian, mereka harus memahami materi kuliah yang
belum dipelajari di SMA. Salut untuk anak Kebumian.
Mungkin juga teman-temanku masih sangat baru dengan
istilah-istilah yang mereka dapatkan di mata kuliah geologi laut, sedimentologi
laut, dan lain-lain tetapi aku tidak merasa asing lagi, telah akrab dengan
istilah-istilah tersebut, apalagi ketika praktikum petrologi, aku telah bisa
mengidentifikasi batuan dan mineral sebelum dijelaskan assistennya. Bukannya
bermaksud sombong, tetapi apa yang aku pelajari di SMA ini sangat-sangat
berguna untuk kuliah, beban kuliah jadi berkurang karena kita telah paham. Terlebih lagi, Aku bisa mendapatkan IP 4
(sempurna) di semester pertama kuliah yang katanya massa paling ababil karena
transisi dari SMA ke kuliah, tetapi aku bisa mendapatkan 4 dan bagiku itulah miracle yang aku raih dari perjuangan.
Beruntung bangetlah bisa ikut olimpiade
kebumian.
Jadi tidak ada yang sia-sia. Semua akan mendapatkan
balasan yang setimpal. Yang penting kerja keras, bagaimanapun hasilnya,
terserah. Mungkin kita telah berusaha keras, namun hasilnya kurang bagus,
sementara teman kita yang belajarnya sedikit tapi hasilnya bagus, jangan iri
atau berprasangka negatif. Berpikir positif aja, usaha kita masih kurang, jadi
kita harus berusaha lagi. Yang penting itu ilmunya, ada kalanya nilai itu tidak
berarti apa-apa. Usaha yang dilakukan pasti akan mendapat balasan, mungkin
tidak sekarang, tapi PASTI.